|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:30:06 GMT -5
[glow=red,2,300] sajak ini ain petik dari MDC,dan juga atas kebenaran tuan punya sajak...(Invisible)
Sajak-sajaknya mengingatkan ain arwah kak Long [/glow]
[glow=red,2,300] Semalam.. masih terngiang suara itu yang datang dari pusara dalam ranjau kepedihan yang menikam dan tertusuk dibenak kerdil yang gersang Bersahut dan berbisik
semalam .. menongkah lembut baur yang ku letak di persisir tebing yang panjang dari anak anak ikan yang lapar dan bermain... ah...begitu cepat masa berlalu
semalam .. bisik bisik itu datang lagi menyapa lembut berbisek tentang hati tentang rasa tentang rindu yang tiada terhitung
semalam .. airmata menitis lagi sendu bertaut lagi luka terluka lagi lantaran ... bisik bisik dari pusara yang merah gemburnya aku terpana
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:32:20 GMT -5
[glow=green,2,300]
salam haruman kemboja
seputih warna mu bersulam dengan kekuningan memagut rasa rindu pada harum nya melepasi suatu memori yang usang terbiar
ingin sekali ku himpun seluruh tenaga mengutip kemboja yang gugur memuteh di pusara itu kerana harum nya tetap menjadi suatu imbasan pada putih dan lembut ukiran nya
ingin sekali ku susun biar indah di pandang bagau kalungan harum yang memenuhi ruang waktu
sejenak ku lewati pohon kemboja berderet memagari tanah di persimpangan biar kelihatan lebeh anggun dimata mu dan di mata ku
seputih warna salju yang dingin dan camar tersenyum mengikut rentak dan langkah di pinggir malam yang samakin dingin
dan biar lah kemboja di kalendar memahat cerita² indah yang akan manjadi suatu sejarah di persada yang harum warna nya
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:33:53 GMT -5
[glow=blue,2,300] serpihan memori
di simpang yang berliku harum kasturi mengigit mengenyit dan mencengkam begitu terasa warna warna pelangi dalam harum kasturi mengundang rindu di bias bias yang samar menghimpun doa para tamu di jejak jejak berpuaka merentasi semak semak ke pusara
meniti tepian rasa waktu penghuni lena terbuai terasa kaki begitu sejuk meredah semak semak yang basah dari lumut menghijau di dua nesan yang kaku tegak berdiri
al fatehah mengamit kerinduan waktu azam magrib menghiasi pelabuhan senja didakapan kemboja yang gugur memenuhi ruang di kaki pepohon yang rendang
masih jua terasa kasar jemari mu waktu aku takut melihat lingkaran di gigi air termakan umpan aku takut dan kau gengam tubuh kecil ku dan mata mu liar memerhati kau diam
masih jelas dalam ingatan waktu kopi sejuk ku tuang sedangkan peluh keringat di dahi dan baju biru yang kau pakai topi nya udah lusuh hebat sekali dan gagah menghayun pada lalang yang tumbang keluh hati kecil ku aku tetap rindu ....
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:35:21 GMT -5
[glow=purple,2,300] Awal Ramadhan di pusara
ku lewati pusara itu sewaktu azam magrib mula menampakkan diri dari senja yang mula mengangkau melewati batas usia
aku bertafakur sejenak meniti senja hening di pusara itu
kalau dulu kau lah sebuk mencari sesuatu buat berbuka buat perut perut kecil yang liar memandang mu kau hanya senyum tanpa rasa gelisah dan perit lelah kau sembunyikan tanpa ada yang tahu tentang kebenaran tentang kepedihan tentang kesesakan hanya di mata ibu terbayang sesuatu tentang mu
masih jelas di bebayang ku mata mu merah rambut mu usai kerut di wajah mu jelas hanya dengan basikal tua kau meredah hutan dan bukit hanya untuk kami anak anak mu dan kini hutan dan bukit itu tinggal sepi tanpa penghuni
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:38:52 GMT -5
[glow=navy,2,300] kita hanya tetamu senja datang dan pergi bagaikan kilat lalu kita tersasar arah merentung dalam ingatan dari bahang yang panas dan hangat
kita bagaikan camar yang merenung nasib dari hujung muara dari desir ombak kuncah gelombang lantaran hati yang tersasar tanpa menemui apa yang di cari
kita bagaikan lukah yang di tahan tanpa mendapat apa apa hasil lalu kita marah pada arus yang mengalir pada jejak angin yang kabur dan mendung yang pekat
kita bagaikan di sumpah untuk menitiskan air mata walau tanpa redha walau tanpa sedar tetapi ... itu ada lah suatu hakikat yang nyata yang telah teruji dari malam yang bening hingga ke subuh yang dingin
dan kita akan terus merangkak mencari jalan pulang sehingga kita tersesat di lampu neon yang cerah di pinggir jalan yang penuh dengan deru engin yang kuat dan disitu lah kita akan menitiskan air mata bila kita akan kehilangan
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:40:02 GMT -5
[glow=red,2,300]
lakar kan lukis kan di kanvas suatu kehidupan yang berwarna hitam dan puteh biar semua mereka mengerti tentang pilu tentang duka tentang rasa kecewa yang sering terulang
bisik kan pada mereka tentang harum kemboja tentang teratai puteh tentang kiambang yang tak jejak tentang anggerik sepi didesa sebarang tentang rasa yang tersalut tentang basa basi suatu pelayaran yang dayung nya patah
lakar dan catetkan tentang sesuatu yang tak ujud tetapi indah jika di ilusi tetapi harum bila terhidu dan enak bila di bisik
biar pun .... ujan masih lebat turun nya gerimis bisa membasah tubuh mu dan kilat yang menyambar bikin deras gerak nadi nya biar semua orang tau tentang luka yang terluka dan pedihnya terpercik ke mata
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:43:42 GMT -5
[glow=green,2,300]
Bicara I
sekujur tubuh yang kaku beristirehat ... setelah pulang pucat bibir nya di raut wajah yang kering
dan bisik bisik itu hanyut bersama ilusi dari sepi yang datang mengaut memori yang berbekal atas daya ingatan
Bicara II
pimpin lah tangan itu biar memori sendu terhakis jua dalam gelisah malam yang mencengkam biar langkah itu hanya satu terhenjut mencari erti diri dalam suatu kehidupan yang selama ini terasing
ikuti lah langkah itu biar di hati nurani masih ada sendu terguris ada duka yang tercalar menghimpit ruang hidup yang sempit lalu siram lah kuntuman itu biar ia nya segar sampai ke ujung usia
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:45:29 GMT -5
[glow=blue,2,300] bisik bisik itu ada lah suatu yang lumrah yang terjadi di imbas memori dan kenangan terisi dengan lamunan menjamah ilusi bagai projektor yang sering di putarkan
bisik bisik itu ada hiasan yang cukup bernilai dan bisa menurunkan manik manik jernih tanpa di sedari
dan bisik bisik itu akan terus mengalir dalam memori di ingatan yang tiada mungkin akan padam
biar pun secebis namun hamparan kerinduan ada lah sesuatu yang cukup berharga dan tidak mungkin kita temui walau dimana langit di junjung dan di mana bumi di pijak
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:46:41 GMT -5
[glow=maroon,2,300] harum kemboja memuteh yang gugur satu satu melemparkan wangian di persada dalam sedu yang tiada terbatas menuruni ngarai yang sepi dan berpuaka
namun ..... memori itu menikam setiap sepi menembusi kedinginan malam dan melepasi suatu kehendak dari ilusi dan bebayang yang melambai di titis titis jernih dan menghantui rasa antara masa yang terpinggir
bisik lah rindu itu bisik lah rasa selagi ... nafas dan denyut bersama kita dimalam sepi tanpa bintang
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:48:25 GMT -5
[glow=beige,2,300] bisik bisik dari pusara bersuara mengamit sendu dalam langkah kecundang rebah sebelum tiba terseliuh di simpang jalan dalam esak rindu membara dari titis yang berpuaka di kamar sendu yang bisu
bisik bisik itu bergayut pada kelelahan mengayuh untuk ke seberang terbawa arus yang deras terhempas di batu karang dalam titis air mata buat ingatan yang semakim lupus
hanya sepatah bicara doa dan fatehah ditanah merah yang masih gembur
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:49:57 GMT -5
[glow=red,2,300] Semalam.. masih terngiang suara itu yang datang dari pusara dalam ranjau kepedihan yang menikam dan tertusuk dibenak kerdil yang gersang Bersahut dan berbisik
semalam .. menongkah lembut baur yang ku letak di persisir tebing yang panjang dari anak anak ikan yang lapar dan bermain... ah...begitu cepat masa berlalu
semalam .. bisik bisik itu datang lagi menyapa lembut berbisek tentang hati tentang rasa tentang rindu yang tiada terhitung
semalam .. airmata menitis lagi sendu bertaut lagi luka terluka lagi lantaran ... bisik bisik dari pusara yang merah gemburnya aku terpana
[/glow]
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 1, 2005 0:54:27 GMT -5
[glow=red,2,300] Bisik bisik dari pusara II
masih terbayang di kamar itu sebujur tubuh kaku yang bersalut kekulit yang kering dan sepasang mata jernih merenung tepat ke mata ku sesekali .....
tergenang mata nya sebak dada nya dan di luar .. gerimis tiada henti
dalam bisuan suara hanya nafas yang meronta semakin lemah semakin sayu dari bening mata nya yang tetap mencari jalan dan lorong dan arah datang nya ... suara suara buat sebuah kepulangan yang pasti
di luar hujan mulai turun dalam kesejukan yang mengamit erti sebuah pengorbanan buat kami
[/glow]
[shadow=red,left,300] sajak-sajak ini adalah hasil nukilan sdr invisible dgn izin dimasukan di sini [/shadow]
|
|
|
Post by sanggabuana on Feb 1, 2005 11:09:21 GMT -5
Dalam do'a kuukir nisan-nisan Kembalilah ke taman indah Berhiaskan berjuta bunga Berteman seribu bintang Berbekal seribu ayat yang kau jalani selama di alam fana ini Termaafkan segala hilap Inilah asa dan doa kami untukmu
|
|
|
Post by Puteri Bayu on Feb 20, 2005 5:24:28 GMT -5
[glow=red,2,300] ku tabur pusara ini dengan bunga-bunga harum mewangi menghiasi pusara ini ku sirami air mawar dengan iringan doa untukmu sejenak bisik-bisik pusara airmata menitis pilu........ kerinduan mengundang kini........
[/glow]
|
|
|
Post by sanggabuana on Feb 23, 2005 9:05:44 GMT -5
dalam sepi kutanam cinta bagai fatamorgana menjelang pagi di akhir kokok ayam yang pertama kau pergi,lalu sepi tinggal cinta melangkah pergi lewat jalan sepi mencari kubur jasadmu tersembunyi
|
|