|
masjid
Apr 30, 2010 15:56:32 GMT -5
Post by Puteri Bayu on Apr 30, 2010 15:56:32 GMT -5
menara Share Yesterday at 10:57pm Aku bukan seorang pemimpi merimbun khayalan dan menaburnya pada deru angin Tidak juga memeras perasaan pada setiap kata-kata menjadi ombak yang sedan Bukan juga menggores gurindam malammu dengan panah-panah halilintar yang berapi Paling sedikit mengusik sesekali mengasah mata pisau lalu memotong lagi.
Manisku, malam gerhana yang sarat itu telah pun berlalu Tapi kau masih diperingatkan samasekali jangan lepaskan tali itu Lihatlah pada langit di ufuk barat burung merpati terbang berkawan Cahaya dari menara putih yang bergemerlapan menurun ke lembah gersang.
Kau semankin genjar dan lantang mengembur kata-kata kesat yang memusuhi Kabus di sepanjang jalan pagi itu sebuah tanda akan datang siang yang mekar Menyetop menara di bumimu tak akan membuat aku berpaling dari Sang Kekasih kerana pada setiap hati ada menara yang samasekali kau tak akan dapat robohkan!
Canberra
|
|
|
masjid
May 1, 2010 4:24:41 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 1, 2010 4:24:41 GMT -5
Mesapol Share Today at 5:15pm
Mesapol, sekali menyebutmu manis madu di hujung lidah Memetik lambiding pakis memakai takiding di hutan harimau berjuntai Kampung lama padi huma selamanya tamu dalam kenangan Pepohonan getah Batu Belah batu Bertangkup Halaman pelanduk kini kosong menyepi.
Mesapol, sekali menyebutmu kukenangkan cerita si Keruhai Tak usah dahimu berkerut kau sememangnya telah melupakan Kasihnya lebih dari Kinabalu yang utuh Pengorbanan meremaskan dedaunan kasih merimbun Sekali mama memberi isyarat tiada dua kali kata berulang Keruhai berlari sepintas waktu.
Mesapol, di situ kau dilahirkan meskipun kampung lama tinggal nama Musim buah huyung-hayang meniti jembatan sambil mata mencari nenek Yang seronok makan cempedak dan durian goreng tepung Sayang kebun durian di tebing sungai telah mati Sungai Mesapol kusimpul arusmu mengalir lesu.
'Keruhai mati terimbus,' kata ibu sambil mata menatap Mengapa segunung dedaunan untuk ibu mengatap rumah?
Kampung lama Mesapol, Sabah
|
|
|
masjid
May 2, 2010 1:32:41 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 2, 2010 1:32:41 GMT -5
laut Share Today at 2:03pm Di hujung jembatan ada seorang anak sendiri memandang kosong pada laut pasang ombak-ombak kecil berhanyut-hanyut pada arus ke Pulau Berhala ia pejamkan mata mengela nafas menelusuri kebosanan yang mencengkam laut yang berkilat. Anak-anak ikan, buah bakau, ampai-ampai dan rampaian laut yang mengapong mengusik, berbisik dan menjadi suara-suara berpadu yang memikat keresahannya mencair pada matahari pagi yang bersahabat.
Debur ombak yang mencelah pada tiang jembatan memancing lamunannya laut berkaca. Matanya terjerat ke dalam laut ia pun mulai terhibur anak-anak ikan berteduh dan bermain antara sesungut ampai-ampai pagi yang terusik dan warna-warni penghuni laut yang menambat semankin ia melihat ke dalam laut rasa bosannya melucut lepas ia bukan sendiri lagi ada laut yang menghibur dan air pasang yang ramah.
Hatinya bersorak. Ia bukan lagi anak yang bosan, teman-teman pada laut memanggilnya bermain, berenang, menyelam dan berhanyut pada arus ia terjun menukik ke dalam laut, sesaat hening terlentang mengadah menyatu dengan keramaian laut seakan berkata, 'salam gembira untukmu.' perlahan-lahan pundi nafasnya mengempis, menolaknya perlahan ke permukaan dan mengangkat kepalanya dari dasar laut senyum dan puas.
Sim-Sim Sandakan, Sabah
|
|
|
masjid
May 3, 2010 4:46:29 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 3, 2010 4:46:29 GMT -5
sungai mesapol Share Today at 12:31pm sungai mesapol, liku-likumu kain selendang sutera mengelus arusmu ketenangan Kinabalu selepas subuh
sungai mesapol, kupanggil namamu pada rembulan kuusap dadamu kerana aku terlalu rindu
sungai mesapol, kudengar patah ranting tebing yang runtuh malam melunsur yang mengusik
sungai mesapol, kuanyam duka laraku pada riak-riakmu telah kulepaskan mimpi terhiris pada langit biru
sungai mesapol, kekasih yang bersimpuh matahari yang tersirah
Pekan Mesapol, Sipitang
|
|
|
masjid
May 3, 2010 17:08:56 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 3, 2010 17:08:56 GMT -5
malam Share Yesterday at 11:48pm lama sudah tak kudengar ayuh, nyanyikan senandung malam biar gundahku terlerai sejenak walaupun hanya dalam mimpi. malam yang berdentum aku terbujuk ketika sepi melantun pada jalan leggang musim gugur mengoda keresahan yang membekas.
pada buku-buku yang berserakan kini tersentuh 'kami cemburu melihat tuan membaca lagi.' kuhela nafas membujuk diriku. sepi terasa meminta waktu yang menitis kendurkan tali. malam yang terkupas, aku ketiduran sampai fajar membidik mimpi.
gempa ini hanya seketika, cemas dan maut merangkul bumi pada kasih menjadi kebunan subur pada hati, dunia pun menjadi lumat. tak usah berdendam, kerana air langit menjadikan haus kita basah. sekalipun pilihan itu, bukan paksaan, tidak juga sumpah sarana yang menggeletak di riba Kekasih.
aku pun pasti di malam musim gugur, bulan kelabu termangu padaMu, aku terus menggali, kebenaran yang terpacak, kini merekah.
Canberra
|
|
|
masjid
May 5, 2010 4:37:40 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 5, 2010 4:37:40 GMT -5
lebah Share Today at 4:39pm manisku, ini madu dari pepohonan yang tinggi menjulang ke langit dedaunannya lebar-lebar menjadi payung bumimu dari ladang hijau, pada lereng bukit, pepohonan kau berdatangan, salam padamu, wahai pekerja rajin terbanglah lebahku, musim kembang bunga kalau ada satu kata saat melihat kau pulang menari berputar-putar di depan pintu.
manisku, ini mereka berdatangan kerana ingin mencicip madu pesan orang desa dari tanah gersang pesan orang kota dari hand phone pesan orang pulau yang sunyi pesan orang sakit yang mau meninggal pesan orang untuk anak kembarnya yang baru lahir biar sedikit tolong tinggalkan...
manisku, kalau ada satu kata mengubat hatiku yang luka-luka melihat mereka membakar hutan merosak kembang bunga dan meracun ladang
manisku, mengapa kau beli bunga plastik, bertanamlah bunga di lereng-lereng hatimu nanti lebahku datang mengutip madu.
Canberra
|
|
|
masjid
May 9, 2010 7:58:25 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 9, 2010 7:58:25 GMT -5
lagu mesapol Share Today at 8:29pm apa ada pada sebuah harapan salam yang terhimpun makbul sebuah doa merah tanah tergenggam.
apa ada pada sebuah fikiran kalau setiap orang diam setiap kata menjadi getaran pada cuping telinga anak.
apa ada pada sebuah tanah kalau nanti terhakis ke laut tapaknya yang tergenang air rimbanya sunyi tak bercerita.
apa ada pada sebuah ingatan tradisi segumpal yang mengabur kau pun menjadi pelupa kehadziran ini sebuah hadiah.
apa ada pada sebuah wajah kerat-kerat pada pohon getah lereng bukit yang dirintis mimpi kesiangan yang terputus.
apa ada pada sebuah kata menjadi baris-baris puisi membuatmu gundah tapi penghibur sebuah duka.
Pekan Mesapol Sipitang
|
|
|
masjid
May 15, 2010 4:24:24 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 15, 2010 4:24:24 GMT -5
muezza Share Today at 5:15pm Bakar setanggi hamparkan bunga melor, sebakkan kuntum-kuntum malam mewangi, biarkan malam keramat ini menjadi baris-baris sajak yang indah. Kupanggil namamu kerana ia terlalu indah pada telinga yang mengerti kekadang dalam rindu yang tergetar kusebut namamu dalam lagu kau terlalu manis, sayang, untuk satu kata yang dapat menyampaikan yang terpendam. Tolong samasekali jangan menuduhku cemburu atau menyimpan dendam keparat Muezza, kau bintang kejora lekat pada setiap bibir yang mengenal sebuah kasih kaulah telaga, langit, bintang, bulan, matahari, laut, rimba, bunga dan melodi hanya melihatmu saja berbaring tenang di taman bunga telah mengusik naluri penyair rerumput yang kauinjak itu terasa seperti sapuan seni khat pada mata hati.
Muezza, kaulah jenismu merangsang kisah silam menghantar diri kepada kekasih walaupun sekali hanya dalam mimpi akan terubat seperti seribu tahun lamanya biar hanya menyentuhmu aku pun terasa puas, seperti minum air dingin tabaruk yang mengalir di musim kemarau. Bagaimana dapat kulupakan, aku kagum, Muezza, satu dari jutaan bintang, ketika kau tidur, azan berkumandang kekasih pun tak mengganggumu. Begitu kau, zamrud, pilihan. ketika kekasih pulang kau tiga kali dielus-elus manja dari tangan suci ketika kekasih mulakat dengan para sahabat kau baring di atas ribanya ketika bekas air yang kau minum kekasih tak merasa bimbang memakai airmu berwudhu Oh Muezza, begitu kisahmu menambat air mata berkurun bila mengenangkan kekasih.
Sore tadi ketika aku membawa muezzaku ini ke hutan kecil, dekat sungai seorang wanita berhentikan dan bertanya, 'apa yang kamu nak buat dengan kucing ini, kamu jangan menyiksa dia, aku sudah melihatmu.' Kemudian berlalu pergi.
Ya, Allah ,Rabul Alamen, bagaimana aku bisa berlaku kasar pada muezzaku, kalau saja dia tau kisah-kisah itu!'
Canberra
|
|
|
masjid
May 17, 2010 3:30:33 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 17, 2010 3:30:33 GMT -5
bual mesapol Share Today at 2:28pm Berkumpul warga ikan di kampung lama ketika pohon tarap berbuah lebat. sejak Putian dan Bantang hanyut dibawa banjir sunyi yang memulas dan sejak itu mereka pun diam.
Pohon bambangan memang ada di situ ketika orang kampong masih berpadi huma. Sesekali air berkocak, Kulian, Toan dan Tanai berkirim salam, tapi suara itu semankin menjauh.
Orang pun berumah di pinggir paya ketika ada jalan baru ke kebun getah. Di situ masih ada Sapat, Haruan, Karut, Balut dan Kali Oh Kali Sungku, Lami, kami mengenangmu.
Siapa peduli kalau Putian dan Bantang telah tiada kemudian Kulian, Toan dan Tanai lalu airmu mengering.
Kalau ini membuat kau resah kami puas!
Kampung lama, Mesapol.
|
|
|
masjid
May 18, 2010 1:04:20 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 18, 2010 1:04:20 GMT -5
tanya Share Today at 11:43am Kurenung kedua telapak tangan yang ada kerat-kerat garis dari kelahiran dan kutantang mata harimaumu William Blake.
Alangkah indahnya, sebaik penciptaan pewaris bumi yang sempurna elok parasnya aku sayang pada kijangmu Ibn Tufail.
Aku masih bertanya, mengapa Cain kerana cemburumu menyembur bibit maut jatuh syahid pertama.
Pembunuhan itu titis darah mewarnai langit alam sejagat dan kurun bagaikan terhempas.
Darah terus mengalir ke samudera laut, Atlantis dan Pasifik pun tak dapat membendung.
Cemburu, dendam dan kemabukan gemerlapan bintang, sebidang tanah atau impian Macbeth di malam durjana.
Abu Lahab, Hulagu, Hitler, Stalin dan Pol Pot, tak ada jawapan di situ, tak ada juga pada Bin Laden.
Bagaimana aku dapat membuka lebar pintu ini kerana di matamu kulihat masih menyala dan tersisip Cain dan Abu Lahab.
Dari dulu kita pun selalu bertanya 'To be or not to be' kata Shakespeare, 'Das du bist,' Goethe menjawab.
Bukankah aku dan kau adalah sebaik kejadian di bawah langit terbuka dan Dia masih terus mengirim musim semi!
Canberra
|
|
|
masjid
May 20, 2010 8:22:23 GMT -5
Post by Puteri Bayu on May 20, 2010 8:22:23 GMT -5
*trepang (sea-slug) Share Today at 8:16pm trepang, trepang, kekasihku, sekarang aku datang trepang, trepang, lautmu aku dakap dan tak ingin lepaskan.
Perahu melucur ke dalam samudera laut tenang berkilat matahari laut Capricon pada langit seperti seledang sutera biru pelaut Makassar berlenggang angin berlusur pada belahan pecahan ombak.
Lambaian Pulau Maginti, Masaloka dan Kadatua menjauh samar dan tenggelam ke dalam laut angin seperti berlari dan bersembunyi kekadang datang mengejut dan mengembus Pulau Rote sehabis melambai menutup pintu.
Melihat mata juragan yang berkocak dari raut wajahnya adalah lautan tenang di situ kesabaran menjadi pulau kebal ketika tofan dan badai menghempas pulas doa juragan melucut berbisik pada langit.
Ketika langit bersahabat laut pun damai 'Nurrudin,' panggil Juragan perahu bergerak santai dalam patah-patah angin juragan bercerita, 'laut di sini, halaman bermain dan sebelum ini. ratusan tahun mereka sudah di sini.'
Senja berendam Pulau-pulau itu adalah puncak-puncak gunung dari jauh terasa memanggil untuk mengapainya mereka menyulapi malam yang terapong.
Siang yang murni melihat ke dalam laut trepang, batu karang, anak-anak ikan dunia di dalam dunia laut 'Siap, Din,' kata Jurugan. lalu ia terjun, kepul-kepul udara melurut ke atas.
Sedetik ia memandang matahari dari dalam laut berkaca terasa damai, ringan dan kaki din menyentuh dasar satu dua tiga empat lima, enam, tujuh trepang terasa genggaman nafas Din mengendur lalu perlahan-lahan ia mengapong ke atas Din melihat wajah juragan senyum berkocak.
II
trepang, trepang aku mempertaruhkan harapan padamu trepang, trepang aku bertarung dengan maut keranamu.
'Din kita telah jauh tersasar ke dalam, pantai memanjang sampai ke ufuk itu pepohonan dan gurun tanah memerah itu ada pribumi sudah di sini sejak laut ketumbuhan pulau.'
Di pulau Cartier, batu karang Hibernia atau ke pulau Ashmore trepang menanti penyelam muna atau papeta.
Din terjun sekilas melihat batu karang tapi matanya tertumpu pada trepang Din tak sendiri, ada peronda, seekor jerung berlingkar di atas, Din gundah jauh sedikit ke sebelah kanan mengabur ada ikan Barracuda.
Ke batu karang Din berselindung sekilas ia berdoa maut pada mata Barracuda maut pada jerung, raja laut yang perkasa nafasnya mulai mengempis dan melemah ketika itu langit menghulurkan tangannya Juragan menarik Din ke atas mereka tak berkata apa pun membiarkan laut membisu.
Malam itu pusar air berkocak, seperti langit mengirim isyarat seperti hewan yang tercium maut, Jurugan meredupkan matanya seperti bertafakur sebentar, layar perahu kembang berhentap selayang langit bergumpal seakan runtuh menghempas hujan angin meraung seperti raksasa tanpa ampun pulau mundur dan bersembunyi dalam kabut gelap Juragan dan Nurrudin menyusur laut mencari pantai berteduh mereka terbanting di pantai pasir putih.
III
trepang, trepang jangan amarahmu membakar perahu trepang, trepang, aku hanya pelaut datang sekilas.
Di Laut ini kami sudah di sini sejak Matthew Flinder mundar mandir di pantai pasir putihmu kami berteduh dan bertamu membawa hadiah di lautmu cinta kami bersemi dan di situ kami terbaring dan tenggelam sirna
Pada gua-guamu ada cerita kami pada pantai pasir putihmu ada bekas jejak kami pada tanah liat merah berang itu ada kubur kami. dalam darahmu ada segumpal kami lalu kami satukan laut dan segenggam tanah pada sebuah harapan.
Malam itu Juragan dan Din menghitung trepang bebayang masa silam mengetuk degup jantung.
trepang, trepang, ada kasihku masih tinggal di situ trepang, trepang, ada esuk kupasti datang lagi bertamu.
Canberra
*Seawal abad ke 16 Pelaut Muslim asal Makassar menyelam trepang (Sea-Slugs) di laut yang sekarang menjadi laut Australia. Terdapat banyak artifacts pelaut ini di gua-gua Aborigin dan juga kubur-kubur mereka. Dalam tahun 1867, Governor-General Belanda mencatit ada 17 orang Aborigine di Makassar yang ikut pulang dengan Pelaut Muslim asal Makassar.
|
|
|
masjid
Jul 13, 2010 9:10:57 GMT -5
Post by Puteri Bayu on Jul 13, 2010 9:10:57 GMT -5
Bintang lampu neon pada langit gelap tenang laut yang merendam rahasia yang belum melarut dalam kelam aku menafsir gerak-gerak bola matamu bagai menerka pusaran angin rampaian laut yang hanyut terbawa harus terdampar pada batu karang di sebuah pulau
Kau bercerita tentang badai dan tofan lalu memetik ranting-ranting rindu menghanyutkannya pada laut mimpi yang hinggap di hujung malam ketika fajar bercantum menjadi sebuah doa kata-kata bagai salji yang mendinginkan sebuah rasa pada mulut yang kering sekalipun tiap gerak menjadi teka-teki.
Kupacu kuda di dataran hijau derap hentakan kaki yang menyerbu menyentak tidur yang gelisah pada bulan yang kesiangan pada malam gempa itu aku pun masih terusik pada cerita kau pun masih terusik pada bertanya.
Honiara, Solomon Islands
|
|
|
masjid
Jul 18, 2010 8:41:46 GMT -5
Post by Puteri Bayu on Jul 18, 2010 8:41:46 GMT -5
tunggu Share Today at 9:38pm malam itu kau datang dan menggorak tikar kita sesama mempelajari rembulan di atas riba Kau menanyakan ketika tanda menitik menjadi nyata sekalipun hati ini tertanam di bintang kejora jasad lebur dan hanggus pada mentari aku pasrah menitih jembatan waktu.
Di sini selalu kutungguMu dan aku pun tak bertanya mohon d**endurkan
Honiara, Solomon Islands
|
|
|
masjid
Jul 18, 2010 8:43:01 GMT -5
Post by Puteri Bayu on Jul 18, 2010 8:43:01 GMT -5
sendiri Share Today at 8:25pm Sekalipun hanya melepaskan siang yang tersadai di jalan pulang menjadi neraka yang merempat timbunan cerita dedaunan luruh yang berserakan aduhai, biarkan air mengalir dari celah batu menurun ke laut lepas kekadang di selokan sendiri melempar batu ke dalam kolam memburu waktu yang melusur kamar yang terkunci itu aku pulang membuka lipatan ingatan yang tindih-menindih di tepi malam aku fakir memburu Kau ke mana-mana aku ansar yang larut dalam diriMu.
Honiara, Solomon Islands
|
|
|
masjid
Jul 21, 2010 8:52:48 GMT -5
Post by Puteri Bayu on Jul 21, 2010 8:52:48 GMT -5
ketenangan Share Today at 5:45pm Getar suaramu berdegung ke langit seperti fajar yang memisah hadzirnya siang.
Tujuh petala langit tersingkap dunia dalam setengah terpejam bulan tersentuh malu kuseru namaMu kerana aku kematian angin.
Langit berinai mengusap tiap hati yang terbujuk keindahan al Fatiha lidah dari belantara kepulauan yang tertinggal di situ kembang-kembang mutaki lena dalam menghafal.
Dari mata saga menjadi bayi merangkak yang baru bersujud ketenangan hari-harimu doa-doa yang terjawab.
Honiara, Solomon Islands
|
|