|
Post by sanggabuana on Mar 19, 2006 10:12:31 GMT -5
Rabb, Demi dekapan gulita Kutangkap rindunya Merangkak fantasi pada seonggok bangkai Yang di parasku ada pahatannya Yang di nadiku terjaga rohnya
Nyeri menggigit kornea Bening-bening terjajar lara Meliris asa Syiarkan syair sua Rindu yang luruh di peraduan-Mu
|
|
|
Post by PelangiSenja on Mar 20, 2006 10:44:59 GMT -5
[shadow=red,left,300] LENA YANG PANJANG
Kematian Adalah lena yang panjang Buat insan yang kecapaian Melihat kerenah dunia Yang kian tenat Berkudis bernanah
Insan-insan berkejaran Mengumpul harta bekalan Dengan usaha, amal dan taqwa Untuk suatu kembara yang jauh Semusim dunia di jengah.. Hanya sementarasuatu perhentian Lalu Kita tinggalkan Keinginan nafsu terpenjara Bersama taqwa Yang dingin
Kematian adalah suatu perjalanan merentasi alam barzakh di mana diri diperhitungkan untuk menghadap pencipta Tuhan seru alam Lalu kita bangkit Setelah tidur yang panjang Penuh kedaifan Di padang mahsyar
Kematian Adalah suatu kehidupan Yang kekal abadi Penuh kebahagiaan tak terperi Atau Derita yang berpanjangan Buat para insan Di alam akhirat
Kematian Adalah suatu perjanjian Yang tak dimungkiri Buat semua insan[/shadow]
|
|
|
Post by sanggabuana on Mar 21, 2006 9:43:57 GMT -5
kriiing... telefon berbunyi dari"sana"berulangkali memberi tanda agar kita segera bergegas tiba
dengan datangnya uban berkerutnya wajah pudarnya ingatan sikap kekanak-kanakan
kriiing... tanda itu berbunyi lagi kali ini mendadak,dan hanya satu kali bunyi kita harus segera kesana,mau tak mau secepatnya... tanpa ada tanda,atau alasan lainnya
kita tak tahu,dan tak pernah mahu tahu apakah panggilan itu datang nanti saat kita telah beruban? atau,bahkan sekarang? entahlah... yang pasti,panggilan itu akan datang entah nanti,atau ketika membaca puisi nanti
|
|
|
Post by sanggabuana on Jun 27, 2006 10:50:11 GMT -5
kesempatan itu jatuh melukaimu tiba-tiba mautpun mendekatimu menghampirimu bahkan merenggut nyawamu
akhirat menyapamu dunia menjadi kelabu bagimu ku tak bisa menghantarkan dirimu kerna tak ingin kehilanganmu
hanya kematian terukir di wajahmu dan kematian yang menjemputmu terakhir melihatmu terukir kenangan darimu
jantung menghiburmu darah menetes untukku semu menghadapi lukamu hanya bisa menunggu
untuk dirimu tak mungkin bertemu dengan dirimu untuk bersatu
|
|