Post by penasenja on Mar 12, 2005 1:32:59 GMT -5
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar
cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan
Rasul-Nya.Pagi itu,walaupun langit telah mulai
menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan
sayap.Pagi itu,Rasulullah
dengan suara terbatas memberikan khutbah,
"Wahai umatku,kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan
cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah
kepada-Nya.Kuwariskan dua perkara pada kalian,Al
Qur'an dan sunnahku.Barang siapa mencintai
sunnahku,bererti mencintai aku dan kelak orang-orang
yang mencintaiku,akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap
sahabatnya satu persatu.Saidina Abu Bakar as SiddiQ
menatap mata itu dengan berkaca-kaca,Saidina Umar
al-Khattab dadanya naik turun menahan nafas dan
tangisnya.Saidina Usman bin Affan menghela nafas
panjang dan Saidina Ali b ABi Talib menundukkan
kepalanya dalam-dalam.Isyarat itu telah
datang,saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati
semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu hampir selesai menunaikan
tugasnya di dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat,tatkala
Saidina Ali dan Saidina Fadhal dengan cergas menangkap
Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika
turun dari mimbar.Disaat itu,kalau mampu,seluruh
sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi,tapi pintu rumah Rasulullah masih
tertutup.Sedang didalamnya,Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi
pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,"Maafkanlah,ayahku sedang demam," kata
Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku,orang sepertinya baru sekali ini
aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu,Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan
yang menggetarkan.Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak d**enang.
"Ketahuilah,dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara,dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia.Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah
pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri,tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama
menyertainya.Kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril,jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka,para malaikat telah
menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti
kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah
lega,matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya
Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib
umatku kelak?"
"Jangan khawatir,wahai Rasul Allah,aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku:
'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat,saatnya Izrail melakukan
tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik.Nampak seluruh
tubuh Rasulullah bersimbah peluh,urat-urat
lehernya menegang.
"Jibril,betapa sakit sakaratul maut ini."Perlahan
Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam,Ali yang di
sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku,hingga kau palingkan wajahmu
Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar
wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup,melihat kekasih Allah direnggut
ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik,kerana
sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah,dahsyat nian maut ini,timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku,jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin,kaki dan dadanya sudah
tidak bergerak lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu, Saidina Ali segera mendekatkan
telinganya.
"Uusiikum bis salati,wa maa malakat aimanukum,
peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di
antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar
bersahutan,sahabat saling berpelukan.Saidatina Fatimah
az-Zahra' menutupkan tangan di wajahnya, dan Saidina
Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah
yang mulai kebiruan.
"Ummatii,ummatii,ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan,berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini,mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma solli 'ala Muhammad wabaarik
wa salim 'alaihi.Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita.
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar
timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan
RasulNya,seperti Allah dan Rasulnya mencintai
kita.Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah
fana belaka...
Wallahu A'lam...
cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan
Rasul-Nya.Pagi itu,walaupun langit telah mulai
menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan
sayap.Pagi itu,Rasulullah
dengan suara terbatas memberikan khutbah,
"Wahai umatku,kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan
cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah
kepada-Nya.Kuwariskan dua perkara pada kalian,Al
Qur'an dan sunnahku.Barang siapa mencintai
sunnahku,bererti mencintai aku dan kelak orang-orang
yang mencintaiku,akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap
sahabatnya satu persatu.Saidina Abu Bakar as SiddiQ
menatap mata itu dengan berkaca-kaca,Saidina Umar
al-Khattab dadanya naik turun menahan nafas dan
tangisnya.Saidina Usman bin Affan menghela nafas
panjang dan Saidina Ali b ABi Talib menundukkan
kepalanya dalam-dalam.Isyarat itu telah
datang,saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati
semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu hampir selesai menunaikan
tugasnya di dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat,tatkala
Saidina Ali dan Saidina Fadhal dengan cergas menangkap
Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika
turun dari mimbar.Disaat itu,kalau mampu,seluruh
sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi,tapi pintu rumah Rasulullah masih
tertutup.Sedang didalamnya,Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi
pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,"Maafkanlah,ayahku sedang demam," kata
Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku,orang sepertinya baru sekali ini
aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu,Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan
yang menggetarkan.Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak d**enang.
"Ketahuilah,dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara,dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia.Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah
pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri,tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama
menyertainya.Kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril,jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka,para malaikat telah
menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti
kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah
lega,matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya
Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib
umatku kelak?"
"Jangan khawatir,wahai Rasul Allah,aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku:
'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat,saatnya Izrail melakukan
tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik.Nampak seluruh
tubuh Rasulullah bersimbah peluh,urat-urat
lehernya menegang.
"Jibril,betapa sakit sakaratul maut ini."Perlahan
Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam,Ali yang di
sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku,hingga kau palingkan wajahmu
Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar
wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup,melihat kekasih Allah direnggut
ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik,kerana
sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah,dahsyat nian maut ini,timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku,jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin,kaki dan dadanya sudah
tidak bergerak lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu, Saidina Ali segera mendekatkan
telinganya.
"Uusiikum bis salati,wa maa malakat aimanukum,
peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di
antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar
bersahutan,sahabat saling berpelukan.Saidatina Fatimah
az-Zahra' menutupkan tangan di wajahnya, dan Saidina
Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah
yang mulai kebiruan.
"Ummatii,ummatii,ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan,berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini,mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma solli 'ala Muhammad wabaarik
wa salim 'alaihi.Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita.
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar
timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan
RasulNya,seperti Allah dan Rasulnya mencintai
kita.Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah
fana belaka...
Wallahu A'lam...