|
Post by sanggabuana on Jun 2, 2005 11:07:59 GMT -5
mawar merah dan mawar putih warnamu teduhkan hatiku harummu sejukkan kalbuku tapi durimu dirikan romaku
mawar merah dan mawar putih kuterjepit dua pilihan merahmu tegaskan sikapku tapi putihmu sucikan hatiku
keduanya terhampar di depan mataku tapi yang mana harus kupilih mawar merah atau mawar putih?
teguhkan inginku untuk dapatkan sucimu putih,seputih hatimu tapi kini kemana engkau?
|
|
|
Post by sriyanie on Jun 14, 2005 7:45:51 GMT -5
aku bukan mawar merahmu aku bukan mawar putihmu aku adalah sekuntum mawar mawar yang dulu dia puja mawar yang dulu dia suka mawar yang dulu dia jaga aku adalah mawar mawar pudar warna yang masih ada rasa cinta
|
|
|
Post by sanggabuana on Jun 18, 2005 10:29:15 GMT -5
memang kau bukan mawar merahku kau juga bukan mawar putihku kau hanyalah sekuntum mawar mawar yg dulu ku puja mawar yg dulu ku suka mawar yg dulu selalu ku jaga kau lah mawar itu sekarang telah pudar warnamu kau katakan kau masih ada rasa cinta namun benar-benarkah kau tahu aku aku adalah duri yg selalu menjagamu walau pudar warnamu ku masih setia menemanimu Tak pernah terlintas di hati ini Tentang cinta yang mesti pupus
|
|
|
Post by sanggabuana on Jun 29, 2005 10:57:31 GMT -5
seseorang kuberi mawar putih di genggam dan di pandang lalu di jatuhkan di hadapan
beberapa kawannya menginjak-injak dengan kasut yg berpaku mawar putih terkulai berlumur darah beku
dengan diam kupungut dan kebersihkan menata kembali dan menambal luka-luka lalu kubawa pulang lewat tengah malam
|
|
|
Post by putera on Jul 10, 2005 9:27:09 GMT -5
[shadow=green,left,300]Satu perjuangan ...
suatu waktu masih jelas di bebayang bila nama mu di sebut buat menyambung satu perjuangan dari suatu arah sewaktu aku masih lena di bangku sekolah
kau.... yang berhati waja pernah menempuh dugaan dari serangkai utusan dalam suatu kesedaran dan erti sebanjar perjuangan lalu langkah itu kau sambung dengan hati yang ikhlas dari wadah yang bersama geraknadi yang tertanam di minda mu
kau.... rapati semangkuk perhitungan bersama teman sehati erat dalam manifesto dan gigih memijak duri yang bertaburan
hari ini wajah mu lesu dan pucat bilamana kau melangkah dari satu panggilan dari suatu sudut kearah satu
lalu di kaki langit itu aku lihat kau mengangkat tangan tetapi tangan mu kaku kau lemparkan senyum dalam wajah pucat tanpa suara
dan aku bersama sedu dan melihat langkah langkah mu yang lalu
pergi lah kerana itu ada lah suatu ketentuan
[/shadow]
|
|
|
Post by camarlaut on Aug 1, 2005 4:47:16 GMT -5
AKU MAWAR PUDAR WARNA Semalaman aku bersendirian, di tepi pantai, Pantai Merdeka... aku hanya mampu melihat, pasangan2 yang bercinta, bergurau senda... tapi, aku... masih sendirian... tiada teman, hanya air mata, yang setia menemaniku... hanya bintang, yang mampu memberi senyuman kepadaku, hanya angin dingin, yang mengesat air mataku, Aku sedar... aku adalah mawar yang pudar warnanya, tiada lagi istimewa, tiada lagi harumnya, hanya embun pagi yang menemani, menjadi air mata yang sentiasa mengalir, membasahi permukaan wajah, bukan untuk meminta simpati, tapi... itulah hanya satu-satunya cara, untukku melepaskan rasa hati, hati yang telah d**ecewakan, hati yang telah dihancurkan, pada suatu ketika dahulu... itulah juga cara untukku, menyesali dengan kisah silamku, kini, aku mawar yang pudar, takut untuk mendekati satu istilah, istilah yang menggerunkan, istilah yang memberiku, mimpi ngeri, itulah istilah cinta, itulah istilah kasih sayang seorang lelaki, malam ini, aku masih bersendirian, di bawah pokok yang rendang, bintang masih berkelip, cengkerik masih berbunyi, aku terdengar satu suara, yang memberi salam, lalu... aku menyahut salam itu, bersama dua kalimah, kalimah yang menjadi kunci... di pintu syurga... tiba-tiba... kesakitan terasa... di seluruh tubuhku... aku telah pergi ke dunia lain, aku telah melangkah ke alam yang berbeza... itulah alam barzah... Di sini aku bahagia, Di sini aku bertemu dengan Mu di sini jualah amalanku dihitung... Di sini jugalah hidupku berkekalan...
|
|
|
Post by sanggabuana on Aug 2, 2005 10:59:14 GMT -5
apa sebenarnya yang berharga pada setiap perjumpaan; selain, bahwa itu jualah yang mengajari kita segera berbenah untuk perpisahan. keduanya adalah pasti berganti, sebab hanya kesementaraan yang abadi di bumi ini. tepi setiap perjumpaan telah memahatkan kenangan. juga setiap perjumpaan telah menjelaskan bahwa kita hanya menunggu waktu. dan mungkin kita tak lebih dari peziarah yang pernah berkunjung pada sebuah masa lalu yang sama, memunguti kenangan-kenangan sebelum berkemas pulang. tapi mungkinkah terlupakan damai yang telah terpahatkan di hati pada siapa mesti kubisikkan sunyiku, jika waktu telah ditentukan.
|
|
|
Post by sanggabuana on Aug 30, 2005 11:34:07 GMT -5
Tak pernah sekejap pun dalam hidupku terfikir untuk berhenti memberimu kelopak-kelopak mawar yang kutanam di beranda tika kau baru berusia dua hari. Dengan kelopak-kelopak itu kuajarkan kau satu-dua-tiga dan merah-putih-hitamnya hidup. Ada keputusasaan ketika kau sulit mengeja ma-war me-rah ke-lo-pak pu-tih sambil sebutir dua butir air mata kita berdua jatuh di atasnya
Pagi ini kelopak-kelopak mawar yang bertahun-tahun kita kumpulkan dengan segenap senyum dan isak tertahan, telah menjelma rumah bagi kupu-kupu
|
|