|
lilin
Mar 26, 2005 11:20:35 GMT -5
Post by sanggabuana on Mar 26, 2005 11:20:35 GMT -5
lilin di bakar agar sepenuhnya menyala dan lenyap di saat pembakaran itu ia tak punya bayang-bayang
lilin tak lain lidah cahaya menggambarkan ketenteraman
tataplah lilin yang baru saja terbakar habis ini sebagai seorang yang akhirnya terselamatkan dari baik dan buruk
rasa bangga dan malu bermula dari keduanya
|
|
Az
New Member
Posts: 30
|
lilin
Apr 3, 2005 22:40:30 GMT -5
Post by Az on Apr 3, 2005 22:40:30 GMT -5
kekadang di dalam hidup kita kita akan menjadi lilin membakar diri sendiri demi kebahagiaan orang lain
lihat saja warna cahayanya ada kejujuran ada perjuangan rasa ada pengorbanan tentu dapat kau rasakan dengan hatimu
|
|
|
lilin
Apr 9, 2005 10:43:03 GMT -5
Post by sanggabuana on Apr 9, 2005 10:43:03 GMT -5
aku sangat biasa,tak cukup menarik untuk dibayar mahal dan diletakkan di tempat yang terpuji fungsiku juga seperti biasa, “memberikan cahaya…!” Aku juga tak ingin menyia-nyiakan apa yang aku miliki Aku ingin menjadi yang lebih berguna lagi saat berada di atas kue ulang tahun dan dihiasi pernik-pernik indah. aku dinyalakan sebentar namun sangat berarti. Sekali-kali nyalaku tertiup angin, menggelikan aku memiliki awal dan akhir dan aku sangat terbatas
|
|
|
lilin
Apr 29, 2005 4:33:45 GMT -5
Post by salmy on Apr 29, 2005 4:33:45 GMT -5
salam
hidupku umpama lilin menyinari hidup insan lain membakar diri tanpa dipinta walau diri kian derita
|
|
|
lilin
Jun 2, 2005 10:11:51 GMT -5
Post by sanggabuana on Jun 2, 2005 10:11:51 GMT -5
tika senja mulai turun dan gelap mulai merayap ku terbius dalam lingkar kelam sendiri bagai bulan tanpa bintang
samar kulihat seberkas cahaya lentera-lentera kecil mulai menyala memberikan bias-bias putihnya padaku dan mengajakku bangun dari angan
kutersentak saat kulihat samar rautmu diantara lilin putih senja hari menatapku hingga ku terpaut
seketika itu gelisahku pun hadir dalam peluh menyelimuti raga dan jiwaku dan memaksaku pergi menjauh
lilin mengapa kau gambarkan senyumnya mengapa kau lukis tawanya mengapa kau ukir wajahnya dalam seberkas cahaya kecilmu.
|
|